TEORI BELAJAR FITRAH

 NAMA : PUTRI MADANI

PRODI : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

TAHUN : 1446 H / 2025 H

TEORI BELAJAR FITRAH

Pendahuluan
Teori belajar fitrah berakar dari konsep dasar dalam Islam yang menyatakan bahwa setiap manusia lahir dalam keadaan suci dan membawa potensi kebaikan. Potensi ini tidak bersifat pasif, tetapi siap untuk berkembang jika mendapatkan bimbingan yang benar melalui pendidikan yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Pendidikan Islam berfungsi mengembangkan potensi ini agar manusia menjadi pribadi yang sempurna dalam iman, akal, dan akhlak, serta mampu menjalankan perannya sebagai hamba Allah dan khalifah di bumi.

Definisi Teori Belajar Fitrah
Fitrah berasal dari kata Arab “الفطرة” yang berarti asal penciptaan atau bawaan sejak lahir. Dalam konteks pendidikan Islam, fitrah adalah potensi dasar dalam diri manusia yang mencakup akal, kekuatan hidup, dan spiritualitas. Teori belajar fitrah meyakini bahwa setiap manusia lahir dengan kesiapan menerima ilmu dan kebaikan. Pendidikan berfungsi untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi tersebut, sehingga manusia mampu kembali kepada kesucian dan menjalankan fungsi hidupnya secara utuh sebagai makhluk yang beriman dan berakhlak.

Karakteristik Teori Belajar Fitrah
Teori ini memiliki karakteristik utama, seperti fokus pada pengembangan potensi dasar (bakat, akal, jiwa), menempatkan keimanan dan tauhid sebagai landasan pendidikan, serta mengedepankan pendekatan yang holistik. Pendidikan tidak hanya menyentuh aspek intelektual, tetapi juga emosional dan spiritual, serta harus menciptakan lingkungan yang positif bagi perkembangan anak. Tujuan akhirnya adalah membentuk insan kamil, yaitu pribadi yang sempurna secara jasmani dan rohani, memiliki iman yang kuat, akhlak mulia, dan ilmu pengetahuan yang luas.

Teori Belajar Fitrah Menurut Al-Qur’an dan Hadis
Al-Qur’an menjelaskan bahwa manusia dilahirkan tanpa pengetahuan, tetapi diberi perangkat seperti pendengaran, penglihatan, dan hati untuk belajar (QS. An-Nahl: 78). QS. Ar-Rum: 30 menyebutkan bahwa fitrah adalah agama yang lurus. Hadis Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa setiap anak lahir dalam keadaan fitrah, dan orang tualah yang kemudian membentuknya menjadi Yahudi, Nasrani, atau Majusi. Ini menunjukkan bahwa pendidikan dan lingkungan berperan besar dalam menjaga dan mengarahkan fitrah anak. Fitrah sebagai sifat bawaan mencakup dorongan untuk beriman, bersikap jujur, adil, dan senantiasa mencari kebenaran.

Pemikiran Tokoh Muslim tentang Teori Belajar Fitrah
Al-Ghazali berpendapat bahwa fitrah adalah kesiapan untuk menerima kebaikan dan keburukan, serta dorongan untuk mencari kebenaran. Menurutnya, pendidikan harus menyentuh semua aspek fitrah manusia: iman, akhlak, akal, dan jasmani.
Ibnu Khaldun menyatakan bahwa manusia lahir dengan potensi dasar, seperti akal dan dorongan biologis, yang akan berkembang melalui pendidikan yang tepat dan bertahap. Ia menekankan metode belajar secara bertahap (tadarruj) dan relevansi sosial.
Muhammad Abduh melihat fitrah sebagai kesiapan untuk menerima kebenaran dan kebaikan. Pendidikan harus memelihara potensi ini dengan pendekatan rasional, spiritual, dan moral.
Fazlur Rahman menolak dikotomi antara ilmu agama dan umum. Ia menekankan pendidikan integratif yang mampu mengembangkan fitrah intelektual dan spiritual secara seimbang.
KH Hasyim Asy’ari dan KH Ahmad Dahlan memandang pendidikan sebagai proses membimbing fitrah anak agar berkembang optimal dalam kerangka nilai-nilai Islam. Keduanya menekankan pentingnya etika, keteladanan, dan pendidikan yang sesuai konteks sosial.

Kontekstualisasi dalam Pembelajaran PAI Era Kurikulum Merdeka
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam dalam Kurikulum Merdeka memberi ruang bagi siswa untuk berkembang sesuai potensi dan karakter masing-masing. Pemikiran para tokoh klasik dan kontemporer seperti Al-Ghazali, Ibnu Khaldun, Abduh, Fazlur Rahman, KH Hasyim Asy’ari, dan KH Ahmad Dahlan dapat diintegrasikan dalam pendekatan kurikulum ini. Nilai-nilai seperti akhlak, berpikir kritis, pengalaman empiris, rasionalitas, dan pembelajaran berbasis proyek sangat relevan dengan semangat Merdeka Belajar. Pendekatan ini membantu siswa tidak hanya memahami teori agama, tetapi juga mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, membentuk karakter kuat dan spiritualitas yang mendalam.

Kesimpulan
Teori belajar fitrah menekankan bahwa manusia lahir dengan potensi dasar yang suci dan cenderung pada kebaikan. Pendidikan yang Islami dan holistik harus membantu mengembangkan potensi ini secara utuh, tidak hanya pada aspek pengetahuan, tetapi juga pada aspek spiritual, moral, dan sosial. Melalui pendidikan yang tepat, manusia dapat mencapai tujuannya sebagai hamba Allah dan khalifah di muka bumi. Teori ini sangat sesuai diterapkan dalam pendidikan agama, terutama pada era Kurikulum Merdeka yang memberi ruang untuk pendekatan yang fleksibel, personal, dan kontekstual

Komentar

Postingan populer dari blog ini

ISLAM DAN TEORI BELAJAR

KONSEP DASAR TEORI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN

TEORI BELAJAR DESKRIPTIF DAN PRESKRIPTIF